Senin, 29 Juli 2019

Materi Sejarah Indonesia Kelas XI

MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 1 MASA KOLONIAL DI INDONESIA A. PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA Menyebabkan Mulai memasuki Awal berkembangnya Menguasai mengakibatkan mengakibatkan menimbulkan Konstantinopel dikuasai Turki Usmani Perkembangan Ilmu pengetahuan: penemuan kompas, bum bulat, angin muson Semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam Penjelajahan samudera bangsa Eropa, Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda Wilayah Nusantara Masa kolonial di Bangas Indonesia Jepang Perlawanan bangsa Indonesia atas kaum penjajah Kekuasaa n bangsa Portugis Kekuasaan VOC Kekuasaan kerajaan Belnda Kekuasaan bangsa Inggris Kekuasaan pemerintah Belanda Kekuasaa n VOC Kekuasaan bangsa Inggris MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 2 1. Latar belakang masuknya bangsa Eropa ke Indonesia Jatuhnya konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani, maka berakhirlah kekuasaan kerajaan Romawi Timur. Berakibat tertutupnya perdagangan di Laut Tengah bagi orangorang Eropa. Bangsa Turki menjalankan politik yang mempersulit pedagang Eropa yang beroperasi di daerah kekuasaanya yang menyebabkan perdagangan antara dunia timur dengan Eropa menjadi mundur, sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa, terutama rempah-rempah. Pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, pelaut-pelaut bangsa Eropa berhasil menjelajahi samudra yang luas dan sampai ke negeri-negeri yang baru seperti Amerika, Afrika, Asia Timur termasuk Indonesia. Faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan penjelajahan Samudra pada akhir abad ke-16, antara lain: a. Jatuhnya kota Konstantinopel tahun 1453 ke tangan penguasa Turki Usmani. b. Kisah perjalan Marcopolo ke dunia timur, yaitu perjalan kembalinya Marcopolo dari negeri Cina melalui pelayaran atau lautan. c. Penemu Copernicus didukung oleh Galileo, yang menyatakan bahwa bumi ini bulat. d. Penemuan kompas e. Semangat Reconcuesta a. Penjelajahan Bangsa Spanyol Perjanjian Thordesillas (1492), Christopher Collumbus mengajukan permohonan bantuan kepada raja Spanyol untuk berlayar mencari sumber rempah-rempah di dunia timur. Kepulauan Bahama telah dikenal dengan sebutan Hindia Barat oleh orang-orang Eropa. Pada mulanya para penjelajah (explorer) bagsa Eropa bertujuan untuk berdagang dan mencari sumber rempahrempah. Namun demikian, akhirnya mereka melakukan penjajahan dan pendudukan terhadap wilayah-wilayah yang disinggahinya. Tampak pada peta jalur pelayaran para penjajah Eropa yang melintas di kepulauan Nusantara. MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 3 Christopher Columbus (1451-1506) dikenal sebagai navigator dan pelaut yang ulung. Ia terkenal dengan pelayarannya melintasi Samudra Atlantik untuk mencapai ajlur baru ke benua Asia tapi ia tidak bias menyelesaikan cita-citanya tersebut. Sejak Collumbus menemukan kepulauan, maka pelau-pelaut berikutnya hanya sampai berlayar di kepulauan ini seperti: 1. Cortez menduduki Mexico pada tahun 1519 dengan menaklukan suku Indian yaitu kerajaan Aztec dan suku maya di Yucatan. 2. Pizzaro, pada tahun 1530 menaklukan kerajaan Indian di Peru yang bernama Kerajaan Inca. Pembagian bumi oleh Spanyol dan Portugis menurut perjanjian Thodersillas, maupun perjanjian Saragosa serta Route penjelajahan masing-masing tokoh melalui sajian gambar di bawah ini : MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 4 b. Penjelajahan Bangsa Portugis Pada tahun 1498, raja portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan Vasco Da Gama. Ekspedisi ini berhasil mendarat di Kalkuta (India) tahun 1498. Di daerah para pelaut Portugis mendapat rempah-rempah dari para pedagang untuk dibawa ke negerinya. Pada tahun 1511, dari India bangsa Portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan Alphonso d’Albuquerque, mengikuti perjalanan para pedagang Islam. Malaka pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara. Dari Malaka itu bangsa Portugis melanjutkan pelayarannya ke arah timur untuk mendapatkan sendiri rempah-rempah yang ada dikepulauan Maluku. Akhirnya bangsa Portugis tiba di Ternate (Maluku) tahun 1512. Vasco Da Gama Perang yang terjadi antara Kerajaan Ternate dengan Tidore, juga merupakan perang antara bangsa kulit putih yaitu antara bangsa Spanyol dengan Portugis. Untuk menyelesaikan perkaitan kedua bangsa kulit putih itu, Paus turun tangan dan pada tahun 1521 dilakukan perjanjian Saragossa (Zaragoza). Isi perjanjiannya: a. Bumi ini dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan Portugis b. Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari Mexico ke arah barat sampai kepulauan Filiphina dan wilayah kekuasaan Portugis membentang dari Brazillia ke arah timur sampai kepulauan Maluku MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 5 c. kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia Perdagangan rempah-rempah yang dilakukan bangsa Portugis ini sangat besar pengaruhnya terhadap bangsa Belanda. Terlebih lagi para pedagang Belanda tidak diperkenankan lagi untuk melakukan kegiatannya di bandar perdagangan Lisboa (Lisabon, Portugis). Para pedagang Belanda berusaha sendiri untuk mencari dan menemukan sumber rempah-rempah yang ada di dunia timur. Tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, para pedagang bangsa Belanda tiba di Banten (Indonesia). Dari bandar Banten pelaut Belanda melanjutkan pelayarannya ke arah timur dan mereka kembali dengan membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup banyak. Belanda semakin ramai datang ke Indonesia. Keadaan seperti ini telah menyebabkan timbulnya persaingan di antara para pedagang sendiri. Pemerintah Belanda membentuk badan usaha atau kongsi dagang yang diberi nama Vereenigde Oost Indiche Compagnie (VOC) yaitu persekutuan dagang hindia timur. VOC berdiri pada tahun 1602 yang juga lebih sering disebut oleh bangsa Indonesia dengan sebutan Kompeni Belanda. Para petualang Belanda beruntung karena mereka memperoleh informasi perjalanan bangsa Portugis ke Asia dan Indonesia dari Jan Huygen Van Linschoten, seorang penjelajah Belanda yang ikut pelayaran Portugis sampai di Indonesia. Ia menulis buku yang berjudul “Itinerario, Voyage Ofte Schipvert naer Oost ofte Portugaels Indiens “ (catatan perjalanan ke Timur, atau Hindia Portugis). Pada tahun 1596, Cornelis de Houtman dengan empat buah kapal berawak kapal 249 orang mendarat di Banten. Kehadiran Belanda di Nusantara mengawali penjajahan di Indonesia ditandai dengan terbentuknya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) tahun 1602. d. Kedatangan bangsa Inggris di indonesia Di India Timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan India sebagai daerah operasinya. Pusat kekuasaan EIC adalah di Kalkuta (India) dan dari kota inilah Inggris meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara. Lambang VOC. Persekutuan dagang Hindia Timur ini berdiri pada tahun 1602 yang juga lebih sering disebut oleh bangsa Indonesia dengan Kompani Ada juga piring yang dicap lambang VOC. Huruf V besar, lalu huruf O dan C pada masing-masing sisi huruf V. MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 6 Dibawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta (India) dibentuk Ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Sir Thomas Stamford Raffles Patung kepala Raffles 2. Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia a. Kekuasaan bangsa Portugis di Indonesia Bangsa Portugis berhasil merebut beberapa pelabuhan penting di pantai India dan menjadikan kota Goa yang teeletak di pantai India sebagai pusat kekuasaanya. Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh Portugis dibawah Pimpinan Alphonso d’Albuquerque. Sejak itu, kerajaan Malaka jatuh ketangan bangsa Portugis. Pengaruh lainnya seperti bangsa Portugis yang turut memperkaya jumlah kata-kata dalam bangsa Indonesia, seperti kata San Domingo (Tuhan yang keramat), gereja, mentega, mona (dari kata madona), sinyo (dari kata signor) dan sebagainya. Adapun seni musik yang ada di Indonesia adalah seni musik keroncong yang beasal dari seni musik Portugis. Keroncong berbahasa Portugis yang pernah terkenal di Indonesia adalah keroncong Morisco. b. Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di Indonesia Pembentukan VOC dibantu oleh pemerintah Belanda di bawah Van Oldenbarneveldt. VOC diberi hak istimewa, sehingga menjadi badan yang berdaulat. Hak istimewa itu: a. Hak monopoli untuk berdagang antara Amerika Serikat dengan Afrika b. Hak memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-benteng dan menjajah c. Hak untuk mengangkat pegawai-pegawainya d. Hak untuk memberikan pengadilan e. Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terhadap pemerintah Belanda, yaitu: a. Bertanggung jawab kepada Staten General (badan Perwakilan) b. Pada waktu perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang dan angkutan perang c. Indonesia dibawah pemerintahan Kerajaan Belanda Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang sangat besar dan memiliki utang yang sangat besar. Hal ini diakibatkan oleh: a. Persaingan dagang dari bangsa Prancis dan Inggris b. Penduduk di Indonesia, terutama Jawa telah menjadi miskin, sehingga tidak mampu membeli barang-barang yang dijual oleh VOC MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 7 c. Perdagangan gelap merajalela dan menerobos monopoli perdagangan VOC d. Pegawai-pegawai VOC banyak melakukan korupsi dan kecurangankecurangan akibat dari gaji yang diterima kecil e. VOC mengeluarkan anggaran belanja yang cukup besar untuk memelihara tentara dan pegawai-pegawai yang jumlahnya cukup besar untuk memenuhi pegawai daerah-daerah yang baru dikuasai, terutama di Jawa dan Madura d. Pemerintahan Daendels di Indoneisa (1808-1811) Pada tahun 1808, Daendles diangkat menjadi gubernur Jendral wilayah ini Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Dalam upaya tersebut, perhatian Daendels hanyalah terhadap pertahanan dan ketentaraan. 1. Membangun ketentaraan 2. Membangun jalan pos 3. Membangun pelabuhan 4. Permusuhan raja-raja di Jawa dengan Daendls 5. Usaha keuangan Daendels 6. Pembangunan kota 7. Indonesia menjadi jajahan Perancis. Herman Wlliem Daendels (1762-1818) dan jalan buatannya. Ketika Daendels menjadi gubernur jenderal di Indonesia debangun jalan yang menghubungkan bagian barat dengan timur Pulau Jawa. Jalan ini membentang sekitar 1000 km dari AnyerPanarukan. e. Kekuasaan Inggris di Indonesia Inggris merupakan bangsa Eropa yang paling banyak memiliki daerah jajahan yaitu benua Amerika bagian Utara, Australia, Afrika maupun Asia. Jajahan Inggris di Asia terutama adalah India. Semenanjung Malaya. Bangsa Inggris mendirikan perusahaan dagang bernama EIC ( East India Company) pada tahun 1600 yang bermarkas di Calanta India. Pengaruh Inggris di Indonesia berupa pemerintahan Raffles pada tahun 1811-1816. Lukisan Herman Willem Daendels. Terkenal karena memaksa rakyat MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 8 No. Masalah Penjelasan 1 Marcopolo Pedagang Venesia yang telah mengunjungi Cina kisah perjalanannya mendorong bangsa Barat untuk ke dunia Timur. 2 Teori Corpenicus Bumi ini bulat, sehingga orang yang berlayar tidak akan tersesat karena akan tiba di tempat semula dari arah yang berlawanan. 3 Reconquista Semangat yang dimiliki bangsa Barat (Spanyol) untuk menaklukkan orang-orang Islam dan merebut daerahdaerah kekuasaan Islam karena pernah menguasai Spanyol. 4 Semboyan “gold” Semboyan imperialisme kuno (Spanyol dan Portugis) untuk mencari kekayaan yang disimbolkan dalam bentuk emas. 5 Perjanjian Thordesillas Perjanjian yang menetapkan daerah pelayaran samodra dari kepulauan Tanjung Verdee, bangsa Portugis ke arah Timur, bangsa Spanyol ke Barat. f. Pemerintahan kolonial Belanda Tugas komisi jenderal itu sangat berat, yaitu memperbaiki sistem pemerintahan dan perekonomian. Pertentangan yang terjadi antara bangsa-bangsa di Indonesia dengan bangsa Belanda disebabkan oleh karena: 1. Kebencian golongan raja dan bangsawan pribumi terhadap pemerintah Belanda yang menyebabkan kemunduran kekuasaan mereka. 2. Kebencian golongan dagang pribumi terhadap Belanda yang mematikan mata pencaharian mereka. 3. Kebencian terhadap Belanda berdasarkan agama, seperti meletusnya Perang Diponegoro, perang Padri, perang Aceh dan lain sebagainya. MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 9 B. ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA 1. Masuknya Jepang ke wilayah Indonesia Gubernur Jenderal Hindia Belanda jhr. Mr. A. W. L. Tjarda mengumumkan perang melawan Jepang. Hindia Belanda termasuk dalam font ABCD (Amerika Serikat, Brittana/Inggris, Cina, Ducth/Belanda) dengan Jenderal Wavel (dari Inggris) sebagai panglima tertinggi yang berkedudukan di Bandung. Jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada tanggal 15 Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya kapal induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan HMS Repuls, sangat mengguncangkan pertahanan Sekutu di Asia. Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut: diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemudian Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan Ambon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang dan Bali. 2. Penjajah Jepang di Indonesia Bala tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan Jepang. Dalam pelaksaanya, dipegang oleh dua angkatan perang yaitu angkatan darat (rikugun) dan angkatan lau (kaigun). 3. Organisasi pembentukan Jepang Untuk menarik simpati bangsa Indonesia maka dibentukalah organisasi resmi seperti Gerakan Tiga A, Putera, dan PETA. c. Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia serta dipimpin oleh Syamsuddin SH. d. Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk pada tahun 1943 dipimpin oleh “Empat Serangkai”, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Kiyai Haji Mas Mansyur. e. Pembela Tanah Air merupakan organisasi bentukan Jepang yang keanggotaanya terdiri atas pemuda-pemuda Indonesia. 4. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang Bentuknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat dibeberapa tempat seperti: 1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng,Lhok Sumawe dibawah pimpinan Tengku Abdul Jalil. 2. Karang Ampel, Sindang (kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat didaerah itu kepada Jepang. 3. Sukamanah (kabupaten Tsikmalaya), tahun 1943 4. Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjdi pemberontakan PETA. MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 10 5. Dampak Pendudukan Jepang bagi bangsa Indonesia a. Bidang Politik. Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi politik tidak dapat berkembang lagi. b. Bidang ekonomi Aktifitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang. c. Bidang pendidikan. Tujuan Jepang adalah untuk menarik simpati dan bantuan dari rakyat Indonesia dalam menghadapi lawan-lawannya pada Perang Pasifik. d. Bidang kebudayaan Pengaruh Jepang di bidang kebudayaan lebih banyak dalam bidang lagu-;agu, film, drama yang seringkali dipakai untuk propaganda. Iwa Kusuma Sumatri dari buku “Sang Pejuang dalam Gejolak Sejarah”. e. Bidang Sosial Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena segala rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. f. Bidang Birokrasi Dipegang oleh kalangan militer, yaitu angkatan darat dan angkatan laut. g. Bidang Militer Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidikan militer melalui organisasi PETA. h. Penggunaan Bahasa Indonesia Pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa Indonesia berkebangsaan Belanda) menyatakan bahwa tahun 1942 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa Indonesia. Sejak awal tahun 1943 seluruh tulisan yang berbahasa Belnda dihapuskan dan harus diganti dengan tulisan berbahsa Indonesia. Bahasa Indonesia berlaku sejak Jepang berkuasa atas Indonesia, dan terjadi banyak perubahan termasuk pemberlakuan bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berbagai kegiatan resmi. Bahasa Indonesia diakui sebagi bahasa resmi dan pengantar di instansi pemerintah. Dilakukan juga penggantian nama dari nama bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Tampak salah satu undang-undang yang memberlakukan penggantian nama wilayah bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. MASA KOLONIAL DI INDONESIA SMA NEGERI 22 SURABAYA Page 11 KESIMPULAN atuhnya kota Konstantinopel ke tangan kerajaan Raja Turki Usmani menyebabkan tutupnya perdagangan dilaut tengah. Hal ini menyebabkan barang-barang dipasar Eropa semakin menipis terutama rempah-rempah. Banyak pelaut-pelaut Eropa melakukan penjajahan di Samudra. Tahun 1511, bangsa Portugis datang ke Malaka, setelah itu diikuti oleh Negara Spanyol, Belanda. VOC merupakan kongsi dagang bangsa Belanda. Perbudakan rakyat Indonesia terjadi pada saat VOC menduduki wilayah Indonesia. ada zaman Jepang, Indonesia diperbolehkan membentuk organisasi, antara lain, Gerakan Tiga A, PUTERA dan PETA. Hal itu untuk menarik perhatian rakyat Indonesia, tetapi banyak penduduk bahkan pemuda Indonesia melakukan pemberontakan. Pada masa penjajahan Jepang, terdapat para sastrawan dengan karya-karyanya yang indah. Bahasa yang digunakan ialah Bahasa Indonesia. Karya sastra yang paling terkenal adalah “Kami Perempuan (1943), karya Armin Pane”, dan lainnya sebagainya. J P

Senin, 22 Juli 2019

Materi Kelas XII

BAB I Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa Musuh terbesar bangsa kita bukan yang datang dari luar, tetapi ancaman disintegrasi yang berasal dari dalam sendiri (C.S.T. Kansil dan Julianto, 1998) Sumber: upload.wikimedia.org Di unduh dari : Bukupaket.com 2 Kelas XII SMA/MA Tahukah kalian bahwa sesudah 40 tahun lamanya, baru pertama kali peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, diselenggarakan pada tahun 1948. Awalnya, peringatan tersebut merupakan anjuran Bung Karno agar pemerintah menyelenggarakannya secara besar-besaran. Untuk itu, diangkatlah Ki Hajar Dewantara sebagai ketua panitia peringatan. Mengapa peringatan ini dilaksanakan? Ki Hajar Dewantara menjawab hal tersebut, dengan mengatakan: “Itulah sebenarnja maksud dan tudjuan Bung Karno, ketika ia mengandjurkan supaja hari 20 Mei tahun 1948 dirajakan setjara besar-besaran. Hari itu olehnja dianggap sebagai hari bangunnja rakjat, hari sadarnja serta bangkitnja rasa kebangsaan Indonesia, pada tahun 1908, empat puluh tahun sebelum itu adjakan Bung Karno tadi terbukti sangat ditaati oleh semua golongan rakjat. Mulai golongan-golongan jang berada di luar gerakan politik, sampai dengan partai, mulai jang paling kanan sampai jang paling kiri, ikut serta secara aktif, dan bersama-sama merajakan hari 20 Mei tahun itu sebagai “Hari Kebangkitan Nasional”, sebagai Hari Kesatuan Rakjat Indonesia”. (C.S.T. Kansil dan Julianto, 1998). Jadi, makna peringatan Kebangkitan Nasional sebagaimana dimaksud Bung Karno di atas, adalah untuk memperkuat kesatuan bangsa, khususnya dalam menghadapi Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia. Apalagi di awal tahun itu muncul pula kelompok dengan garis perjuangan ideologi yang dapat menghancurkan integrasi bangsa dan ideologi negara Indonesia. Apalagi pada 1948, Muso baru kembali dari Moskwa dengan menawarkan doktrin “Jalan Baru” sebagai strategi perjuangan bangsa yang berbeda dari strategi yang dijalankan pemerintah Soekarno-Hatta. Ada tiga gagasan yang dikemukakan Muso. Petama, membentuk Front Nasional untuk menghimpun kekuatan komunis dan nonkomunis di bawah pimpinan PKI. Kedua, mengubah PKI menjadi partai tunggal Marxis-Leninis, dan yang ketiga, menyesuaikan perjuangan PKI dengan garis perjuangan Komunis Internasional (Komintern). Hal ini membuat hubungan antara antara PKI dengan kubu nasionalis (PNI dan Masyumi) kian meruncing. Pertikaian ideologi yang tajam tersebut berakhir pada pecahnya pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948. Sebagai konsekuensi disepakatinya hasil perundingan Renville, sebanyak 35.000 anggota TNI juga dipaksa untuk meninggalkan wilayah yang diklaim Belanda menuju daerah Republik Indonesia yang beribu kota di Yogyakarta. Tiga bulan setelahnya, Belanda melancarkan agresi militer dengan menduduki Ibu kota Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Presiden dan wakil presiden serta beberapa pejabat tinggi negara ditangkap dan diasingkan ke Bangka. Meski demikian presiden masih sempat memberikan mandat kepada Syafrudin Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 3 Prawiranegara untuk menjadi ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera Barat. Bahkan Soekarno juga memerintahkan kepada Soedarsono dan LN. Palar untuk siap mengantisipasi bila suatu ketika terpaksa mendirikan pemerintahan pengasingan di India, meski hal ini akhirnya tidak terjadi. Dengan kondisi kritis seperti itu maka Republik Indonesia dapat digambarkan bagai “sebutir telur di ujung tanduk”. Namun demikian Panglima Besar Soedirman sekeluarnya dari Yogyakarta, langsung memimpin pasukannya untuk meneruskan perjuangan melawan Belanda dengan melakukan perang gerilya. Sementara Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa meneruskan rencana pertahanan rakyat yang yang telah disusun oleh Panglima Besar Sudirman, dan dikenal sebagai Perintah Siasat Nomor 1. Salah satu pokoknya adalah menyusupkan pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal ke garis belakang musuh dan membentuk kantong-kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas. Dapat pula dikemukakan peran Sultan Hamengku Buwono IX yang telah memberikan dukungan fasilitas dan finansial untuk keberlangsungan berjalannya pemerintahan republik yang ditinggalkan para pemimpinnya tersebut. Menurut Kahin, dua kekuatan inilah yang menjadi sumber perlawanan terhadap Belanda yang pada akhirnya memaksa Belanda untuk mengakhiri perang menuju Konferensi Meja Bundar (KMB). Kedua kekuatan yang digerakan oleh unsur sipil dan tentara yang melakukan gerilya menjadi amunisi yang ampuh bagi para diplomat kita yang terus berunding di forum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dengan strategi perjuangan tersebut di atas dengan mendapat tekanan Internasional dan dari Amerika Serikat sendiri yang mengancam akan menghentikan bantuan Marshall Plan, maka Belanda terpaksa menandatangani perjanjian KMB yang berisi “penyerahan kedaulatan” (souvereniteit overdracht). Situasi dan kondisi perjuangan sebagaimana digambarkan di atas itulah yang menjadi makna nilai persatuan dari peringatan kebangkitan nasional ke-40 di tahun 1948, yang menggerakkan perjuangan bangsa Indonesia yang pantang menyerah dan pada akhirnya dapat mengakhiri upaya Belanda untuk kembali menjajah. Ancaman disintegrasi (perpecahan) bangsa memang bukan persoalan main-main. Tak hanya merupakan masalah di masa lalu. Potensi disintegrasi pada masa kinipun bukan tidak mungkin terjadi. Karena itulah kita harus terus dan selalu memahami betapa berbahayanya proses disintegrasi bangsa apabila terjadi bagi kebangsaan kita. Sejarah Indonesia telah menunjukkan hal tersebut. Di unduh dari : Bukupaket.com 4 Kelas XII SMA/MA Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 5 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah memelajari uraian ini, diharap kamu dapat: 1. Menganalisis berbagai pergolakan daerah yang terjadi di Indonesia antara tahun 1948 hingga 1965. 2. Mengaitkan peristiwa pergolakan daerah yang terjadi di Indonesia antara tahun 1948 hingga 1965 dengan potensi ancaman disintegrasi pada masa sekarang. 3. Mengambil hikmah dari berbagai ancaman disintegrasi bangsa yang pernah terjadi di Indonesia, khususnya yang telah terjadi di tahun 1948 hingga 1965. HIKMAH DAN ARTI PENTING Memelajari sejarah pergolakan bangsa yang pernah terjadi dan membahayakan persatuan nasional merupakan hal sangat penting, agar kita mendapatkan pelajaran sekaligus peringatan. Mengapa sampai timbul perpecahan, mengapa perpecahan itu bisa berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan apa yang salah dengan bangsa kita pada waktu itu? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu akan memberikan pelajaran dan inspirasi bagaimana kita menghadapi berbagai potensi disintegrasi bangsa pada masa kini dan masa yang akan datang. Semua itu tak lain harus dilakukan demi lestarinya kita sebagai sebuah bangsa. Di unduh dari : Bukupaket.com 6 Kelas XII SMA/MA A. Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri (1948-1965) Mengamati Lingkungan Sumber: diolah dari berbagai sumber Gambar 1.1 Guntingan koran (Berita koran) tentang konflik di Indonesia Perhatikan gambar di atas! 1. Apa komentar kamu tentang berbagai berita tentang konflik yang terjadi di Indonesia tersebut? 2. Konflik di bidang apa sajakah itu? Alangkah hebatnya bangsa kita sebenarnya. Indonesia adalah negeri yang terdiri atas 17.500 pulau, lebih dari 300 kelompok etnik, 1.340 suku bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk beragam aliran kepercayaan, serta 737 bahasa. Kita harus bersyukur pada Tuhan YME, atas keberuntungan bangsa kita yang hingga kini tetap bersatu dalam keberagaman, meskipun berbagai kasus konflik dan pergolakan sempat berlangsung di masyarakat. Hal ini misalnya dapat dilihat dari potongan gambar berita di atas. Dalam sejarah republik ini, konflik dan pergolakan dalam skala yang lebih besar bahkan pernah terjadi. Bila sudah begitu, lantas siapa pihak yang paling dirugikan? Tak lain adalah rakyat, bangsa kita sendiri. Karenanya, dalam Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 7 bab berikut ini akan kamu pelajari beberapa pergolakan besar yang pernah berlangsung di dalam negeri akibat ketegangan politik selama rentang tahun 1948–1965. Tahun 1948 ditandai dengan pecahnya pemberontakan besar pertama setelah Indonesia merdeka, yaitu pemberontakan PKI di Madiun. Sedangkan tahun 1965 merupakan tahun di mana berlangsung peristiwa G30S/ PKI yang berusaha merebut kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila. Mengapa penting hal ini kita kaji, tak lain agar kita dapat menarik hikmah dan tragedi seperti itu tak terulang kembali pada masa kini. Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah. Sejarah pergolakan dan konflik yang terjadi di Indonesia selama masa tahun 1948-1965 dalam bab ini akan dibagi ke dalam tiga bentuk pergolakan: 1. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi. Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII, dan peristiwa G30S/PKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama. Perlu kalian ketahui bahwa menurut Herbert Feith, seorang akademisi Australia, aliran politik besar yang terdapat di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan (terutama dapat dilihat sejak Pemilu 1955) terbagi dalam lima kelompok: nasionalisme radikal (diwakili antara lain oleh PNI), Islam (NU dan Masyumi), komunis (PKI), sosialisme demokrat (Partai Sosialis Indonesia/ PSI), dan tradisionalis Jawa (Partai Indonesia Raya/PIR, kelompok teosofis/ kebatinan, dan birokrat pemerintah/pamong praja). Pada masa itu kelompokkelompok tersebut nyatanya memang saling bersaing dengan mengusung ideologi masing-masing. 2. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkait dengan kepentingan (vested interest). Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan APRA, RMS, dan Andi Aziz. Vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat pada suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha untuk mengontrol suatu sistem sosial atau kegiatan untuk keuntungan sendiri. Mereka juga enggan untuk melepas posisi atau kedudukan yang diperolehnya sehingga sering menghalangi suatu proses perubahan. Baik APRA, RMS, dan Andi Aziz, semuanya berhubungan dengan keberadaan pasukan KNIL atau Tentara Di unduh dari : Bukupaket.com 8 Kelas XII SMA/MA Kerajaan (di) Hindia Belanda, yang tidak mau menerima kedatangan tentara Indonesia di wilayah-wilayah yang sebelumnya mereka kuasai. Dalam situasi seperti ini, konflik pun terjadi. 3. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkait dengan sistem pemerintahan. Termasuk dalam kategori ini adalah persoalan negara federal dan BFO (Bijeenkomst Federal Overleg), serta pemberontakan PRRI dan Permesta. Masalah yang berhubungan dengan negara federal mulai timbul ketika berdasarkan perjanjian Linggajati, Indonesia disepakati akan berbentuk negara serikat/federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). RI menjadi bagian RIS. Negara-negara federal lainnya misalnya adalah negara Pasundan, negara Madura, Negara Indonesia Timur. BFO sendiri adalah badan musyawarah negara-negara federal di luar RI yang dibentuk oleh Belanda. Awalnya, BFO berada di bawah kendali Belanda. Namun makin lama badan ini makin bertindak netral, tidak lagi semata-mata memihak Belanda. Prokontra tentang negara-negara federal inilah yang kerap juga menimbulkan pertentangan. Sedangkan pemberontakan PRRI dan Permesta merupakan perlawanan yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan beberapa daerah di wilayah Indonesia terhadap kebijakan pemerintahan pusat, yang dinilai tidak adil dan semakin condong ke kiri (komunis). TUGAS Buatlah kelompok yang terdiri atas 2-3 orang. Kemudian buat peta konsep (mind mapping) mengenai bentuk-bentuk ancaman disintegrasi bangsa, yang terjadi dalam sejarah Indonesia pada 1948-1965. Sekarang mari kita bahassatu persatu konflik atau pergolakan yang terjadi di Indonesia pada 1948-1965, yang berhubungan dengan ketiga hal tersebut. 1. Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Ideologi. a) Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun Selain Partai Nasional Indonesia (PNI), PKI merupakan partai politik pertama yang didirikan sesudah proklamasi. Meski demikian, PKI bukanlah partai baru, karena telah ada sejak zaman pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda akibat memberontak pada tahun 1926. Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 9 Sejak merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Hal ini terkait dengan Doktrin Dimitrov, yang menyatakan bahwa gerakan komunis harus bekerja sama dengan kapitalis dalam rangka menghadapi kekuatan fasis. Namun ketika golongan kiri terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan Amir Syarifuddin pada bulan Februari 1948. Pada awal September 1948 pimpinan PKI dipegang Muso. Ia membawa berita bahwa Doktrin Dimitrov telah diganti dengan Doktrin Zhdanov dimana komunis harus bekerja sama dengan golongan nasionalisprogresif untuk menghadapi golongan kapitalis borjuis. Muso lalu membawa PKI ke dalam pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September 1948 (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012). Mengapa PKI memberontak? Alasan utamanya tentu bersifat ideologis, di mana mereka memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Berbagai upaya dilakukan oleh PKI untuk meraih kekuasaan. Di bawah pimpinan Musso, PKI berhasil menarik partai dan organisasi kiri dalam FDR bergabung ke dalam PKI. Partai ini lalu mendorong dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani. Sebagian kekuatankekuatan bersenjata juga berhasil masuk dalam pengaruh mereka. Muso juga kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan strategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang ditengahi Amerika Serikat (AS). Pernyataan Muso lebih menunjukkan keberpihakannya pada Uni Soviet yang komunis. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya diplomasi dengan Muso, bahkan sampai mengikutsertakan tokoh-tokoh kiri yang lain, yaitu Tan Malaka, untuk meredam gerak ofensif PKI Muso. Namun kondisi politik sudah terlampau panas, sehingga pada pertengahan September 1948, pertempuran antara kekuatan-kekuatan bersenjata yang memihak PKI dengan TNI mulai meletus. PKI kemudian memusatkan kekuatannya di Madiun. Pada tanggal 18 September 1948, Muso memproklamirkan Republik Soviet Indonesia. Presiden Soekarno segera bereaksi, dan berpidato di RRI Yogjakarta: “…Saudara-saudara! Camkan benar apa artinja itu: Negara Republik Indonesia jang kita tjintai, hendak direbut oleh PKI Muso. Kemarin pagi PKI Muso, mengadakan coup, mengadakan perampasan kekuasaan di Madiun dan mendirikan di sana suatu pemerintahan Sovyet, di bawah pimpinan Muso. Perampasan ini mereka pandang sebagai permulaan untuk merebut seluruh Pemerintahan Republik Indonesia. Di unduh dari : Bukupaket.com 10 Kelas XII SMA/MA …Saudara-saudara, camkanlah benar-benar apa artinja jang telah terdjadi itu. Negara Republik Indonesia hendak direbut oleh PKI Muso! Rakjat jang kutjinta ! Atas nama perdjuangan untuk Indonesia Merdeka, aku berseru kepadamu: “Pada saat jang begini genting, di mana engkau dan kita sekalian mengalami percobaan jang sebesar-besarnja dalam menentukan nasib kita sendiri, bagimu adalah pilihan antara dua: ikut Muso dengan PKInja jang akan membawa bangkrutnja cita-cita Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta, jang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia jang merdeka, tidak didjadjah oleh negeri apa pun djuga. …Buruh jang djudjur, tani jang djudjur, pemuda jang djudjur, rakyat jang djudjur, djanganlah memberikan bantuan kepada kaum pengatjau itu. Djangan tertarik siulan mereka! …Dengarlah, betapa djahatnja rentjana mereka itu! (Daud Sinyal, 1996). Di awal pemberontakan, pembunuhan terhadap pejabat pemerintah dan para pemimpin partai yang antikomunis terjadi. Kaum santri juga menjadi korban. Tetapi pasukan pemerintah yang dipelopori Divisi Siliwangi kemudian berhasil mendesak mundur pemberontak. Puncaknya adalah ketika Muso tewas tertembak. Amir Syarifuddin juga tertangkap. Ia akhirnya dijatuhi hukuman mati. Tokoh-tokoh muda PKI seperti Aidit dan Lukman berhasil melarikan diri. Merekalah yang kelak di tahun 1965, berhasil menjadikan PKI kembali menjadi partai besar di Indonesia sebelum terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ribuan orang tewas dan ditangkap pemerintah akibat pemberontakan Madiun ini. PKI gagal mengambil alih kekuasaan. Dari kisah di atas, apa hal terpenting dari peristiwa pemberontakan PKI di Madiun ini bagi sejarah Indonesia kemudian? Pertama, upaya membentuk tentara Indonesia yang lebih profesional menguat sejak pemberontakan tersebut. Berbagai laskar dan kekuatan bersenjata “liar” berhasil didemobilisasi (dibubarkan). Dari sisi perjuangan diplomasi,simpatiAS sebagai penengah dalam konflik dan perundingan antara Indonesia dengan Belanda perlahan berubah menjadi dukungan terhadap Indonesia, meskipun hal ini tidak juga bisa dilepaskan dari strategi global AS dalam menghadapi ancaman komunisme. Tetapi hal terpenting lain juga perlu dicatat. Bahwa konflik yang terjadi berdampak pula pada banyaknya korban yang timbul. Ketidakbersatuan bangsa Indonesia yang tampak dalam peristiwa ini juga dimanfaatkan oleh Belanda yang mengira Indonesia lemah, untuk kemudian melancarkan agresi militernya yang kedua pada Desember 1948. Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 11 Sumber: diolah dari berbagai sumber Gambar 1.2 Muso dan Amir Syarifudin b) Pemberontakan DI/TII Cikal bakal pemberontakan DI/TII yang meluas di beberapa wilayah Indonesia bermula dari sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo. Ia dulu adalah salah seorang tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perjanjian Renville membuka peluang bagi Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara Islam. Salah satu keputusan Renville adalah pasukan RI dari daerah-daerah yang berada di dalam garis van Mook harus pindah ke daerah yang dikuasai RI. Divisi Siliwangi dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh Belanda. Akan tetapi laskar bersenjata Hizbullah dan Sabilillah yang telah berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII). Vakum (kosong)-nya kekuasaan RI di Jawa Barat segera dimanfaatkan Kartosuwiryo. Meski awalnya ia memimpin perjuangan melawan Belanda dalam rangka menunjang perjuangan RI, namun akhirnya perjuangan tersebut beralih menjadi perjuangan untuk merealisasikan cita-citanya. Ia lalu menyatakan pembentukan Darul Islam (negara Islam/DI) dengan dukungan TII, di Jawa Barat pada Agustus 1948. Persoalan timbul ketika pasukan Siliwangi kembali balik ke Jawa Barat. Kartosuwiryo tidak mau mengakui tentara RI tersebut kecuali mereka mau bergabung dengan DI/TII. Ini sama saja Kartosuwiryo dengan DI/TII nya tidak mau mengakui pemerintah RI di Jawa Barat. Maka pemerintah pun bersikap tegas. Meski upaya menanggulangi DI/TII Jawa Barat pada awalnya terlihat belum dilakukan secara terarah, namun sejak 1959, pemerintah mulai melakukan operasi militer. Gambar di samping adalah tokoh “kiri” yang memiliki kaitan dengan pemberontakan PKI di Madiun. Carilah informasi dari berbagai sumber mengenai peran kedua tokoh PKI tersebut dalam Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. Jelaskan pula, tindakan apa yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memadamkan pemberontakan tersebut, dan apa akibat yang ditimbulkan oleh Pemberontakan PKI Madiun yang berkait dengan penderitaan rakyat! Di unduh dari : Bukupaket.com 12 Kelas XII SMA/MA Operasi terpadu “Pagar Betis” digelar, di mana tentara pemerintah menyertakan juga masyarakat untuk mengepung tempat-tempat pasukan DI/ TII berada. Tujuan taktik ini adalah untuk mempersempit ruang gerak dan memotong arus perbekalan pasukan lawan. Selain itu diadakan pula operasi tempur dengan sasaran langsung basis-basis pasukan DI/TII. Melalui operasi ini pula Kartosuwiryo berhasil ditangkap pada tahun 1962. Ia lalu dijatuhi hukuman mati, yang menandai pula berakhirnya pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo. Di Jawa Tengah, awal kasusnya juga mirip, di mana akibat persetujuan Renville daerah Pekalongan-Brebes-Tegal ditinggalkan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan aparat pemerintahan. Terjadi kevakuman di wilayah ini dan Amir Fatah beserta pasukan Hizbullah yang tidak mau di-TNI-kan segera mengambil alih. Saat pasukan TNI kemudian balik kembali ke wilayah tersebut setelah Belanda melakukan agresi militernya yang kedua, sebenarnya telah terjadi kesepakatan antara Amir Fatah dan pasukannya dengan pasukan TNI. Amir Fatah bahkan diangkat sebagai koordinator pasukan di daerah operasi Tegal dan Brebes. Namun terjadi ketegangan karena berbagai persoalan antara pasukan Amir Fatah dengan TNI sering timbul kembali. Amir Fatah pun semakin berubah pikiran setelah utusan Kartosuwiryo datang menemuinya lalu mengangkatnya sebagai Panglima TII Jawa Tengah. Ia bahkan kemudian ikut memproklamirkan berdirinya Negara Islam di Jawa Tengah. Sejak itu terjadi kekacauan dan konflik terbuka antara pasukan Amir Fatah dengan pasukan TNI. Tetapi berbeda dengan DI/TII di Jawa Barat, perlawanan Amir Fatah tidak terlalu lama. Kurangnya dukungan dari penduduk membuat perlawanannya cepat berakhir. Desember 1951, ia menyerah. Selain Amir Fatah, di Jawa Tengah juga timbul pemberontakan lain yang dipimpin oleh Kiai Haji Machfudz atau yang dikenal sebagai Kyai Sumolangu. Ia didukung oleh laskar bersenjata Angkatan Umat Islam (AUI) yang sejak didirikan memang berkeinginan menciptakan suatu negara Indonesia yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Meski demikian, dalam perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan, awalnya AUI bahu membahu dengan Tentara Republik dalam menghadapi Belanda. Wilayah operasional AUI berada di daerah Kebumen dan daerah sekitar pantai selatan Jawa Tengah. Namun kerja sama antara AUI dengan Tentara RI mulai pecah ketika pemerintah hendak melakukan demobilisasi AUI. Ajakan pemerintah untuk berunding ditolak Kyai Sumolangu. Pada akhir Juli 1950 Kyai Sumolangu melakukan pemberontakan. Sesudah sebulan bertempur, tentara RI berhasil Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 13 menumpas pemberontakan ini. Ratusan pemberontak dinyatakan tewas dan sebagian besar berhasil ditawan. Sebagian lainnya melarikan diri dan bergabung dengan pasukan TII di Brebes dan Tegal. Akibat pemberontakan ini kehancuran yang diderita di Kebumen besar sekali. Ribuan rakyat mengungsi dan ratusan orang ikut terbunuh. Selain itu desa-desa juga mengalami kerusakan berat. Pemberontakan Darul Islam di Jawa Tengah lainnya juga dilakukan oleh Batalyon 426 dari Divisi Diponegoro Jawa Tengah. Ini adalah tentara Indonesia yang anggota-anggotanya berasal dari laskar Hizbullah. Simpati dan kerja sama mereka dengan Darul Islam pun jadinya tampak karena DI/TII juga berbasis pasukan laskar Hizbullah. Cakupan wilayah gerakan Batalyon 426 dalam pertempuran dengan pasukan RI adalah Kudus, Klaten, hingga Surakarta.Walaupun dianggap kuat dan membahayakan, namun hanya dalam beberapa bulan saja, pemberontakan Batalyon 426 ini juga berhasil ditumpas. Selain di Jawa Barat dan Jawa Tengah, pemberontakan DI/TII terjadi pula di Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Letnan Kolonel Kahar Muzakkar. Pada tahap awal, pemberontakan ini lebih disebabkan akibat ketidakpuasan para bekas pejuang gerilya kemerdekaan terhadap kebijakan pemerintah dalam membentuk Tentara Republik dan demobilisasi yang dilakukan di Sulawesi Selatan. Namun beberapa tahun kemudian pemberontakan malah beralih dengan bergabungnya mereka ke dalam DI/TII Kartosuwiryo. Tokoh Kahar Muzakkar sendiri pada masa perang kemerdekaan pernah berjuang di Jawa bahkan menjadi komandan Komando Grup Sulawesi Selatan yang bermarkas di Yogyakarta. Setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949 ia lalu ditugaskan ke daerah asalnya untuk membantu menyelesaikan persoalan tentang Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) di sana. KGSS dibentuk sewaktu perang kemerdekaan dan berkekuatan 16 batalyon atau satu divisi. Pemerintah ingin agar kesatuan ini dibubarkan lebih dahulu untuk kemudian dilakukan reorganisasi tentara kembali. Semua itu dalam rangka penataan ketentaraan. Namun anggota KGSS menolaknya. Begitu tiba, Kahar Muzakkar diangkat oleh Panglima Tentara Indonesia Timur menjadi koordinator KGSS, agar mudah menyelesaikan persoalan. Namun Kahar Muzakkar malah menuntut kepada Panglimanya agar KGSS bukan dibubarkan, melainkan minta agar seluruh anggota KGSS dijadikan tentara dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan ini langsung ditolak karena pemerintah berkebijakan hanya akan menerima anggota KGSS yang memenuhi syarat sebagai tentara dan lulus seleksi. Kahar Muzakkar tidak menerima kebijakan ini dan memilih berontak diikuti oleh pasukan pengikutnya. Di unduh dari : Bukupaket.com 14 Kelas XII SMA/MA Selama masa pemberontakan, Kahar Muzakkar pada tanggal 7 Agustus 1953 menyatakan diri sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia Kartosuwiryo. Pemberontakan yang dilakukan Kahar memang memerlukan waktu lama untuk menumpasnya. Pemberontakan baru berakhir pada tahun 1965. Di tahun itu, Kahar Muzakkar tewas tertembak dalam suatu penyergapan. Pemberontakan yang berkait dengan DI/TII juga terjadi di Kalimantan Selatan. Namun dibandingkan dengan gerakan DI/TII yang lain, ini adalah pemberontakan yang relatif kecil, dimana pemberontak tidak menguasai daerah yang luas dan pergerakan pasukan yang besar. Meski begitu, pemberontakan berlangsung lama dan berlarut-larut hingga tahun 1963 saat Ibnu Hajar, pemimpinnya, tertangkap. Timbulnya pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan ini sesungguhnya bisa ditelusuri hingga tahun 1948 saat Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV, sebagai pasukan utama Indonesia dalam menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan, telah tumbuh menjadi tentara yang kuat dan berpengaruh di wilayah tersebut. Namun ketika penataan ketentaraan mulai dilakukan di Kalimantan Selatan oleh pemerintah pusat di Jawa, tidak sedikit anggota ALRI Divisi IV yang merasa kecewa karena diantara mereka ada yang harus didemobilisasi atau mendapatkan posisi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Suasana mulai resah dan keamanan di Kalimantan Selatan mulai terganggu. Penangkapan-penangkapan terhadap mantan anggota ALRI Divisi IV terjadi. Salah satu alasannya adalah karena diantara mereka ada yang mencoba menghasut mantan anggota ALRI yang lain untuk memberontak. Diantara para pembelot mantan anggota ALRI Divisi IV adalah Letnan Dua Ibnu Hajar. Dikenalsebagai figur berwatak keras, dengan cepat ia berhasil mengumpulkan pengikut, terutama di kalangan anggota ALRI Divisi IV yang kecewa terhadap pemerintah. Ibnu Hajar bahkan menamai pasukan barunya sebagai Kesatuan Rakyat Indonesia yang Tertindas (KRIyT). Kerusuhan segera saja terjadi. Berbagai penyelesaian damai coba dilakukan pemerintah, namun upaya ini terus mengalami kegagalan. Pemberontakan pun pecah. Akhir tahun 1954, Ibnu Hajar memilih untuk bergabung dengan pemerintahan DI/TII Kartosuwiryo, yang menawarkan kepadanya jabatan dalam pemerintahan DI/TII sekaligus Panglima TII Kalimantan. Konflik dengan tentara Republik pun tetap terus berlangsung bertahun-tahun. Baru pada tahun 1963, Ibnu Hajar menyerah. Ia berharap mendapat pengampunan. Namun pengadilan militer menjatuhinya hukuman mati. Daerah pemberontakan DI/TII berikutnya adalah Aceh. Ada sebab dan akhir yang berbeda antara pemberontakan di daerah ini dengan daerah-daerah DI/TII lainnya. Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 15 Di Aceh, pemicu langsung pecahnya pemberontakan adalah ketika pada tahun 1950 pemerintah menetapkan wilayah Aceh sebagai bagian dari propinsi Sumatera Utara. Para ulama Aceh yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menolak hal ini. Bagi mereka, pemerintah terlihat tidak menghargai masyarakat Aceh yang telah berjuang membela republik. Mereka menuntut agar Aceh memiliki otonomi sendiri dan mengancam akan bertindak bila tuntutan mereka tak dipenuhi. Tokoh terdepan PUSA dalam hal ini adalah Daud Beureuh. Pemerintah pusat kemudian berupaya menempuh jalan pertemuan. Wakil Presiden M. Hatta (1950), Perdana Menteri M. Natsir (1951), bahkan Soekarno (1953) menyempatkan diri ke Aceh untuk menyelesaikan persoalan ini, namun mengalami kegagalan. Akhirnya pada tahun 1953, setelah Daud Beureuh melakukan kontak dengan Kartosuwiryo, ia menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia yang dipimpin Kartosuwiryo. Konflik antara pengikut Daud Beureuh dengan tentara RI pun berkecamuk dan tak menentu selama beberapa tahun, sebelum akhirnya pemerintah mengakomodasi dan menjadikan Aceh sebagai daerah istimewa pada tahun 1959. Tiga tahun setelah itu Daud Beureuh kembali dari pertempuran yang telah selesai. Ia mendapat pengampunan. Sumber: disarikan dari berbagai sumber Gambar 1.3 Tokoh DI/TII Perhatikan gambar di atas! Carilah informasi mengenai tokohtokoh pemberontakan DI/TII dalam gambar tersebut. Jelaskan pula secara tertulis, tindakan apa yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memadamkan pemberontakan DI/TII, dan apa akibat yang ditimbulkan oleh pemberontakan tersebut yang berkait dengan penderitaan rakyat! 1 5 4 1. S. M. Kartosuwiryo 2. Amir Fatah (paling kana) 3. Kahar Muzakkar 4. Ibnu Hajar 5. Daud Beureuh Di unduh dari : Bukupaket.com 16 Kelas XII SMA/MA c) Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI) Inilah peristiwa yang hingga kini masih menyimpan kontroversi. Utamanya adalah yang berhubungan dengan pertanyaan “Siapa dalang Gerakan 30 September 1965 sebenarnya?” Setidaknya terdapat tujuh teori mengenai peristiwa kudeta G30S tahun 1965 ini: 1) Gerakan 30 September merupakan Persoalan Internal Angkatan Darat (AD). Dikemukakan antara lain oleh Ben Anderson, W.F.Wertheim, dan Coen Hotsapel, teori ini menyatakan bahwa G30S hanyalah peristiwa yang timbul akibat adanya persoalan di kalangan AD sendiri. Hal ini misalnya didasarkan pada pernyataan pemimpin Gerakan, yaitu Letnan Kolonel Untung yang menyatakan bahwa para pemimpin AD hidup bermewahmewahan dan memperkaya diri sehingga mencemarkan nama baik AD. Pendapat seperti ini sebenarnya berlawanan dengan kenyataan yang ada. Jenderal Nasution misalnya, Panglima Angkatan Bersenjata ini justru hidupnya sederhana. 2) Dalang Gerakan 30 September adalah Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA). Teori ini berasal antara lain dari tulisan Peter Dale Scott atau Geoffrey Robinson. Menurut teori ini AS sangat khawatir Indonesia jatuh ke tangan komunis. PKI pada masa itu memang tengah kuat-kuatnya menanamkan pengaruh di Indonesia. Karena itu CIA kemudian bekerjasama dengan suatu kelompok dalam tubuh AD untuk memprovokasi PKI agar melakukan gerakan kudeta. Setelah itu, ganti PKI yang dihancurkan. Tujuan akhir skenario CIA ini adalah menjatuhkan kekuasaan Soekarno. 3) Gerakan 30 September merupakan Pertemuan antara Kepentingan Inggris-AS. Menurut teori ini G30S adalah titik temu antara keinginan Inggris yang ingin sikap konfrontatif Soekarno terhadap Malaysia bisa diakhiri melalui penggulingan kekuasaan Soekarno, dengan keinginan AS agar Indonesia terbebas dari komunisme. Dimasa itu, Soekarno memang tengah gencar melancarkan provokasi menyerang Malaysia yang dikatakannya sebagai negara boneka Inggris. Teori dikemukakan antara lain oleh Greg Poulgrain. Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 17 4) Soekarno adalah Dalang Gerakan 30 September. Teori yang dikemukakan antara lain oleh Anthony Dake dan John Hughes ini beranjak dari asumsi bahwa Soekarno berkeinginan melenyapkan kekuatan oposisi terhadap dirinya, yang berasal dari sebagian perwira tinggi AD. Karena PKI dekat dengan Soekarno, partai inipun terseret. Dasar teori ini antara lain berasal dari kesaksian Shri Biju Patnaik, seorang pilot asal India yang menjadi sahabat banyak pejabat Indonesia sejak masa revolusi. Ia mengatakan bahwa pada 30 September 1965 tengah malam Soekarno memintanya untuk meninggalkan Jakarta sebelum subuh. Menurut Patnaik, Soekarno berkata “sesudah itu saya akan menutup lapangan terbang”. Di sini Soekarno seakan tahu bahwa akan ada “peristiwa besar” esok harinya. Namun teori ini dilemahkan antara lain dengan tindakan Soekarno yang ternyata kemudian menolak mendukung G30S. Bahkan pada 6 Oktober 1965, dalam sidang Kabinet Dwikora di Bogor, ia mengutuk gerakan ini. 5) Tidak ada Pemeran Tunggal dan Skenario Besar dalam Peristiwa Gerakan 30 September (Teori Chaos). Dikemukakan antara lain oleh John D. Legge, teori ini menyatakan bahwa tidak ada dalang tunggal dan tidak ada skenario besar dalam G30S. Kejadian ini hanya merupakan hasil dari perpaduan antara, seperti yang disebut Soekarno: “unsur-unsur Nekolim (negara Barat), pimpinan PKI yang keblinger serta oknum-oknum ABRI yang tidak benar”. Semuanya pecah dalam improvisasi di lapangan. 6) Soeharto sebagai Dalang Gerakan 30 September Pendapat yang menyatakan bahwa Soeharto adalah dalang Gerakan 30 September antara lain dikemukakan oleh Brian May dalam bukunya, “Indonesian Tragedy”. Menurut Brian May terdapat kedekatan hubungan antara Letkol. Untung sebagai pemimpin Gerakan 30 September 1965 dengan Mayjen. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad. 7) Dalang Gerakan 30 September adalah PKI Menurut teori ini tokoh-tokoh PKI adalah penanggungjawab peristiwa kudeta, dengan cara memperalat unsur-unsur tentara. Dasarnya adalah serangkaian kejadian dan aksi yang telah dilancarkan PKI antara tahun 1959-1965. Dasar lainnya adalah bahwa setelah G30S, beberapa perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri CC PKI sempat terjadi di Blitar Selatan, Grobogan, dan Klaten. Di unduh dari : Bukupaket.com 18 Kelas XII SMA/MA Teori yang dikemukakan antara lain oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh ini merupakan teori yang paling umum didengar mengenai kudeta tanggal 30 September 1965. Namun terlepas dari teori mana yang benar mengenai peristiwa G30S, yang pasti sejak Demokrasi Terpimpin secara resmi dimulai pada tahun 1959, Indonesia memang diwarnai dengan figur Soekarno yang menampilkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Indonesia. Ia juga menjadi kekuatan penengah di antara dua kelompok politik besar yang saling bersaing dan terkurung dalam pertentangan yang tidak terdamaikan saat itu: AD dengan PKI. Juli 1960 misalnya, PKI melancarkan kecaman-kecaman terhadap kabinet dan tentara. Ketika tentara bereaksi, Soekarno segera turun tangan hingga persoalan ini sementara selesai. Hal ini kemudian malah membuat hubungan Soekarno dengan PKI kian dekat (Crouch, 1999 dan Ricklefs, 2010). Bulan Agustus 1960 Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang merupakan partai pesaing PKI, dibubarkan pemerintah. PKI pun semakin giat melakukan mobilisasi massa untuk meningkatkan pengaruh dan memperbanyak anggota. Partai-partai lain seperti NU dan PNI hingga saat itu praktis telah dilumpuhkan (Feith, 1998). Sumber: diolah dari berbagai sumber Gambar 1.4 Data PKI Menjelang G30S/PKI Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 19 Di tingkat pusat, PKI mulai berusaha dengan sungguh-sungguh untuk duduk dalam kabinet. Mungkin PKI merasa kedudukannya sudah cukup kuat. Pada tahun-tahun sebelumnya partai ini umumnya hanya melancarkan kritik terhadap pemerintah khususnya para menteri yang memiliki pandangan politik berbeda dengan mereka. Di bidang kebudayaan, saat sekelompok cendekiawan anti-PKI memproklamasikan Manifesto Kebudayaan (Manikebu) yang tidak ingin kebudayaan nasional didominasi oleh suatu ideologi politik tertentu (misalnya komunis), Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang pro PKI segera mengecam keras. Soekarno ternyata menyepakati kecaman itu. Tidak sampai satu tahun usianya, Manikebu dilarang pemerintah. Sedangkan di daerah, persoalan-persoalan yang muncul tampaknya malah lebih pelik lagi karena bersinggungan dengan konflik yang lebih radikal. Hal ini sebagian merupakan akibat dari masalah-masalah yang ditimbulkan oleh program di bidang agraria (landreform/UU Pokok Agraria 1960), dimana PKI segera melancarkan apa yang disebut sebagai kampanye aksi sepihak. Aksi ini merupakan upaya mengambil alih tanah milik pihak-pihak mapan di desa dengan paksa dan menolak janji-janji bagi hasil yang lama. “Tujuh Setan Desa” karenanya dirumuskan oleh PKI, yang terdiri dari tuan tanah jahat, lintah darat, tukang ijon, tengkulak jahat, kapitalis birokrat desa, pejabat desa jahat dan bandit desa. “Setan Desa”menurut versi PKI ini, menurut Tornquist, ujung-ujungnya merujuk pada para pemilik tanah (Tornquist, 2011). Adegan-adegan protes pun berlangsung bahkan radikalisme dipraktikkan hingga upaya menurunkan lurah serta aksi protes terhadap para sesepuh desa. Dalam aksi pengambilalihan tanah --terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga Bali, Jawa Barat dan Sumatera Utara-- massa PKI-pun terlibat dalam pertentangan yang sengit dengan, tentu saja, para tuan tanah, juga kaum birokrat dan para pengelola yang berasal dari kalangan tentara. Para tuan tanah kebetulan pula kebanyakan berasal dari kalangan muslim yang taat dan pendukung PNI. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan PKI, khususnya di Jawa Timur, segera saja berhadapan muka dengan para santri NU. Di kota-kota tindakan liar juga bukan tidak terjadi. Ini misalnya tergambar dalam cerita mengenai istri seorang dokter terkenal di Solo, yang akan pergi ke suatu resepsi. Ia, yang mengenakan kebaya lengkap dengan sanggul besar dan sepatu hak tinggi, digiring oleh ratusan tukang becak Di unduh dari : Bukupaket.com 20 Kelas XII SMA/MA di tengah terik matahari ke kantor polisi untuk menyelesaikan pertikaian harga becak. Adegan serupa pernah juga terjadi di berbagai kota. Ada pula para kepala desa yang sudah tua disidangkan di depan pengadilan rakyat (Ong Hok Ham,1999). Selama tahun 1964, perlawanan terhadap aksi sepihak semakin lama semakin kuat. Kekerasan jadinya semakin kerap terjadi. Di Jawa Timur tindak balasan anti PKI dipelopori oleh kelompok pemuda NU, yaitu Ansor. Hubungan Angkatan Darat dengan PKI sendiri pada masa itu juga kian memanas. Sindiran dan kritik kerap dilontarkan para petinggi PKI terhadap AD. Pada bulan-bulan awal tahun 1965 PKI “menyerang” para pejabat anti PKI dengan menuduhnya sebagai kapitalis birokrat yang korup. Demonstrasi-demonstrasi juga dilakukan untuk menuntut pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Maka hingga pertengahan tahun 1965 atau sebelum pecah kudeta di awal Oktober, kekuatan politik di ibukota tampaknya sudah semakin bergeser ke kiri. PKI kian berada di atas angin dengan perjuangan partai yang semakin intensif. TUGAS Buat analisa, apa rencana PKI di balik usul tersebut, dan apa akibat yang ditimbulkan dengan adanya usulan PKI tentang dipersenjatainya petani dan buruh bagi masyarakat Indonesia pada masa itu ! Usul pembentukan angkatan ke-5 selain AD-AUAL-AK yang dikemukakan oleh PKI pada Januari 1965, diakui memang semakin memperkeruh suasana terutama dalam hubungan antara PKI dan TNI AD. Tentara telah membayangkan bagaimana 21 juta petani dan buruh bersenjata, bebas dari pengawasan mereka. Bagi para petinggi militer gagasan ini bisa berarti pengukuhan aksi politik yang matang, bermuara pada dominasi PKI yang hendak mendirikan pemerintahan Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka Gambar 1.5 Berita koran di tahun 1965 mengenai usulan PKI untuk mempersenjatai buruh dan petani Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 21 komunis yang pro-RRC (Republik Rakyat Cina yang komunis) di Indonesia (Southwood dan Flanagan, 2013). Usulan ini akhirnya memang gagal direalisasikan. PKI lalu meniupkan isu tentang adanya Dewan Jenderal di tubuh AD yang tengah mempersiapkan suatu kudeta. Di sini, PKI menyodorkan “Dokumen Gilchrist” yang ditandatangani Duta Besar Inggris di Indonesia. Isi dokumen ditafsirkan sebagai isyarat adanya operasi dari pihak Inggris-AS dengan melibatkan our local army friend (kawan-kawan kita dari tentara setempat) untuk melakukan kudeta. Meski kebenaran isi dokumen ini diragukan dan Jenderal Ahmad Yani kemudian menyanggah keberadaan Dewan Jenderal ini saat Presiden Soekarno bertanya kepadanya, namun pertentangan PKI dengan Angkatan Darat kini tampaknya telah mencapai level yang akut. Pada bulan Mei 1965, Pelda. Sujono yang berusaha menghentikan penyerobotan tanah perkebunan tewas dibunuh sekelompok orang dari BTI dalam peristiwa Bandar Betsy di Sumatera Utara. Jenderal Yani segera menuntut agar mereka yang terlibat dalam peristiwa Bandar Betsy diadili. Sikap tegasnya didukung penuh oleh organisasi-organisasi Islam, Protestan, dan Katolik. Sementara itu di Mantingan, PKI berusaha mengambil paksa tanah wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 hektar (Ambarwulan dan Kasdi dalam TaufikAbdullah, ed., 2012: 139). Sebuah tindakan yang tentu saja semakin membuat marah kalangan Islam. Apalagi empat bulan sebelumnya telah terjadi peristiwa Kanigoro Kediri, dimana BTI telah membuat kacau peserta mental Training Pelajar Islam Indonesia dan memasuki tempat ibadah saat subuh tanpa melepas alas kaki yang penuh lumpur lalu melecehkan Al Quran. Suasana pertentangan antara PKI dengan AD dan golongan lain non PKI pun telah sedemikian panasnya menjelang tanggal 30 September 1965. Apalagi pada bulan Juli sebelumnya Soekarno tiba-tiba jatuh sakit. Tim dokter Cina yang didatangkan DN Aidit untuk memeriksa Soekarno menyimpulkan bahwa presiden RI tersebut kemungkinan akan meninggal atau lumpuh. Maka dalam rapat Politbiro PKI tanggal 28 September 1965, pimpinan PKI pun memutuskan untuk bergerak. Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan pemberontak melaksanakan “Gerakan 30 September” dengan menculik dan membunuh para jenderal dan perwira di pagi buta tanggal 1 Oktober 1965. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya Jakarta. Mereka adalah : Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Di unduh dari : Bukupaket.com 22 Kelas XII SMA/MA Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan, namun putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban. Di Yogyakarta Gerakan 30 September juga melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI, yaitu: Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono. Pada berita RRI pagi harinya, Letkol. Untung lalu menyatakan pembentukan “Dewan Revolusi”, sebuah pengumuman yang membingungkan masyarakat. Dalam situasi tak menentu itulah Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila, operasi penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di Jakarta, melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan berikutnya, ketika diketahui bahwa Gerakan September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap pimpinan dan pendukung PKI juga terjadi. Bukan saja oleh pasukan yang setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang dengan sepak terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia. TUGAS Buatlah kelompok yang terdiri atas 2-3 orang, kemudian buatlah rangkuman mengenai “konflik dan pergolakan yang berkait dengan ideologi”. 2. Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Kepentingan. a) Pemberontakan APRA Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling pada tahun 1949. Ini adalah milisi bersenjata yang anggotanya terutama berasal dari tentara Belanda: KNIL, yang tidak setuju dengan pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk negara bagian Pasundan. Basis Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 23 pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi Siliwangi. APRA ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara negara federal di Jawa Barat. Karena itu, pada Januari 1950 Westerling mengultimatum pemerintah RIS. Ultimatum ini segera dijawab Perdana Menteri Hatta dengan memerintahkan penangkapan terhadap Westerling. APRA malah bergerak menyerbu kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan teror. Puluhan anggota APRIS gugur. Diketahui pula kemudian kalau APRA bermaksud menyerang Jakarta dan ingin membunuh antara lain Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX dan Kepala APRIS Kolonel T.B. Simatupang. Namun semua itu akhirnya dapat digagalkan oleh pemerintah. Westerling kemudian melarikan diri ke Belanda. TUGAS Perhatikan potongan gambar di bawah ini! Tuliskan pendapatmu tentang dampak langsung dari terjadinya pemberontakan APRA. Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, (Deppen, 1975) Gambar 1.6 Korban Westerling Di unduh dari : Bukupaket.com 24 Kelas XII SMA/MA b) Peristiwa Andi Aziz Seperti halnya pemberontakan APRA di Bandung, peristiwa Andi Aziz berawal dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL (pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur (NIT). Ketika akhirnya tentara Indonesia benar-benar didatangkan ke Sulawesi Selatan dengan tujuan memelihara keamanan, hal ini menyulut ketidakpuasan di kalangan pasukan Andi Aziz. Ada kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan diperlakukan secara diskriminatif oleh pimpinan APRIS. Pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi Aziz ini kemudian bereaksi dengan menduduki beberapa tempat penting, bahkan menawan Panglima Teritorium (wilayah) Indonesia Timur, Pemerintahpun bertindak tegas dengan mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. April 1950, pemerintah memerintahkan Andi Aziz agar melapor ke Jakarta akibat peristiwa tersebut, dan menarik pasukannya dari tempat-tempat yang telah diduduki, menyerahkan senjata serta membebaskan tawanan yang telah mereka tangkap. Tenggat waktu melapor adalah 4 x 24 jam. Namun Andi Aziz ternyata terlambat melapor, sementara pasukannya telah berontak. Andi Aziz pun segera ditangkap di Jakarta setibanya ia ke sana dari Makasar. Ia juga kemudian mengakui bahwa aksi yang dilakukannya berawal dari rasa tidak puas terhadap APRIS. Pasukannya yang memberontak akhirnya berhasil ditumpas oleh tentara Indonesia di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang. Carilah informasi tentang KNIL! Tuliskan pendapat kalian, mengapa di negara federal pasukan KNIL tidak mau diganti oleh pasukan APRIS! Sumber Gambar: Atlas Nasional Indonesia (Bakorsurtanal, 2011) Gambar 1.7 Pasukan KNIL Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 25 c) Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Sesuai dengan namanya, pemberontakan RMS dilakukan dengan tujuan memisahkan diri dari Republik Indonesia Serikat dan menggantinya dengan negara sendiri. Diproklamasikan oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur, Dr. Ch.R.S. Soumokil pada April 1950, RMS didukung oleh mantan pasukan KNIL. Upaya penyelesaian secara damai awalnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia, yang mengutus dr. Leimena untuk berunding. Namun upaya ini mengalami kegagalan. Pemerintah pun langsung mengambil tindakan tegas, dengan melakukan operasi militer di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang. Kelebihan pasukan KNIL RMS adalah mereka memiliki kualifikasi sebagai pasukan komando. Konsentrasi kekuatan mereka berada di Pulau Ambon dengan medan perbentengan alam yang kokoh. Bekas benteng pertahanan Jepang juga dimanfaatkan oleh pasukan RMS. Oleh karena medan yang berat ini, selama peristiwa perebutan pulau Ambon oleh TNI, terjadi pertempuran frontal dan dahsyat dengan saling bertahan dan menyerang. Meski kota Ambon sebagai ibukota RMS berhasil direbut dan pemberontakan ini akhirnya ditumpas, namun TNI kehilangan komandan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto yang gugur tertembak. Soumokil sendiri awalnya berhasil melarikan diri ke pulau Seram, namun ia akhirnya ditangkap tahun 1963 dan dijatuhi hukuman mati. 3. Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Sistem Pemerintahan. a) Pemberontakan PRRI dan Permesta Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat, berupa kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Persoalan kemudian ternyata malah meluas pada tuntutan otonomi daerah. Ada ketidakadilan yang dirasakan beberapa tokoh militer dan sipil di daerah terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada Desember 1956 dan Februari 1957, seperti: Di unduh dari : Bukupaket.com 26 Kelas XII SMA/MA a) Dewan Banteng di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein. b) Dewan Gajah di Sumatera Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon. c) Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letkol. Barlian. d) Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual. Dewan-dewan ini bahkan kemudian mengambil alih kekuasaan pemerintah daerah di wilayahnya masingmasing. Beberapa tokoh sipil dari pusatpun mendukung mereka bahkan bergabung ke dalamnya, seperti Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap dan Mohammad Natsir. KSAD Abdul Haris Nasution dan PM Juanda sebenarnya berusaha mengatasi krisis ini dengan jalan musyawarah, namun gagal. Ahmad Husein lalu mengultimatum pemerintah pusat, menuntut agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri dan menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas ditolak pemerintah pusat. Krisis pun akhirnya memuncak ketika pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, Deppen, 1975 Gambar 1.8 Allen Pope dalam persidangan, 28 Desember 1959 Allen Lawrence Pope Pemberontakan PRRI dan Permesta ternyata melibatkan AS di dalamnya. Kepentingan AS dalam pemberontakan ini berkait dengan kekhawatiran negara tersebut bila Indonesia akan jatuh ke tangan komunis yang saat itu kian menguat posisinya di pemerintahan pusat Jakarta. Salah satu bukti keterlibatan AS melalui operasi CIA-nya adalah ketika pesawat yang dikemudikan pilot Allen Lawrence Pope berhasil ditembak jatuh. Coba kalian cari informasi mengenai kisah Allen Pope ini dalam kaitannya dengan keterlibatan AS dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 27 Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat. Seluruh dewan perjuangan di Sumatera dianggap mengikuti pemerintahan ini. Sebagai perdana menteri PRRI ditunjuk Mr. Syafruddin Prawiranegara. Bagi Syafruddin, pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya untuk menyelamatkan negara Indonesia, dan bukan memisahkan diri. Apalagi PKI saat itu mulai memiliki pengaruh besar di pusat. Tokoh-tokoh sipil yang ikut dalam PRRI sebagian memang berasal dari partai Masyumi yang dikenal anti PKI. Berita proklamasi PRRI ternyata disambut dengan antusias pula oleh para tokoh masyarakat Manado, Sulawesi Utara. Kegagalan musyawarah dengan pemerintah, menjadikan mereka mendukung PRRI, mendeklarasikan Permesta sekaligus memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat (Kabinet Juanda). Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu langsung bertindak tegas. Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak yang diam-diam ternyata didukung Amerika Serikat. AS berkepentingan dengan pemberontakan ini karena kekhawatiran mereka terhadap pemerintah pusat Indonesia yang bisa saja semakin dipengaruhi komunis. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil dipadamkan. b) Persoalan Negara Federal dan BFO Konsep Negara Federal dan “Persekutuan” Negara Bagian (BFO/ Bijeenkomst voor Federal Overleg) mau tidak mau menimbulkan potensi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah kemerdekaan. Persaingan yang timbul terutama adalah antara golongan federalis yang ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan golongan unitaris yang ingin Indonesia menjadi negara kesatuan. Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24 Juli 1946 misalnya, pertemuan untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti oleh wakil dari berbagai daerah non RI itu, ternyata mendapat reaksi keras dari para politisi pro RI yang ikut serta. Mr. Tadjudin Noor dari Makasar bahkan begitu kuatnya mengkritik hasil konferensi. Perbedaan keinginan agar bendera Merah-Putih dan lagu Indonesia Raya digunakan atau tidak oleh Negara Indonesia Timur (NIT) juga menjadi persoalan yang tidak bisa diputuskan dalam konferensi. Kabinet NIT juga secara tidak langsung ada yang jatuh karena persoalan negara federal ini (1947). Di unduh dari : Bukupaket.com 28 Kelas XII SMA/MA Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi pertentangan. Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan Juli 1948, BFO telah terpecah ke dalam dua kubu. Kelompok pertama menolak kerja sama dengan Belanda dan lebih memilih RI untuk diajak bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat. Kubu ini dipelopori oleh Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) serta R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara Pasundan). Kubu kedua dipimpin oleh Sultan Hamid II (Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur). Kelompok ini ingin agar garis kebijakan bekerja sama dengan Belanda tetap dipertahankan BFO. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-nya, pertentangan antara dua kubu ini kian sengit. Dalam sidang-sidang BFO selanjutnya kerap terjadi konfrontasi antara Anak Agung dengan Sultan Hamid II. Di kemudian hari, Sultan Hamid II ternyata bekerja sama dengan APRA Westerling mempersiapkan pemberontakan terhadap pemerintah RIS. Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949), persaingan antara golongan federalis dan unitaris makin lama makin mengarah pada konflik terbuka di bidang militer, pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan masalah psikologis. Salah satu ketetapan dalam KMB menyebutkan bahwa inti anggota APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari personel mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerja sama dengan bekas musuhnya, yaitu KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat negara bagian dan mereka menentang masuknya anggota TNI ke negara bagian (TaufikAbdullah danAB Lapian, 2012.). Kasus APRA Westerling dan mantan pasukan KNIL Andi Aziz sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah cermin dari pertentangan ini. Namun selain pergolakan yang mengarah pada perpecahan, pergolakan bernuansa positif bagi persatuan bangsa juga terjadi. Hal ini terlihat ketika negara-negara bagian yang keberadaannya ingin dipertahankan setelah KMB, harus berhadapan dengan tuntutan rakyat yang ingin agar negaranegara bagian tersebut bergabung ke RI. Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah Indonesia 29 KESIMPULAN 1. Potensi disintegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar terjadi bila bangsa Indonesia tidak menyadari adanya potensi semacam itu. Karena itulah kita harus selalu waspada dan terus melakukan upaya untuk menguatkan persatuan bangsa Indonesia. 2. Sejarah Indonesia telah menunjukkan bahwa proses disintegrasi sangat merugikan. Antara tahun 1948-1965 saja, gejolak yang timbul karena persoalan ideologi, kepentingan atau berkait dengan sistem pemerintahan, telah berakibat pada banyaknya kerugian fisik, materi mental dan tenaga bangsa. 3. Konflik dan pergolakan yang berlangsung di antara bangsa Indonesia bahkan bukan saja bersifat internal, melainkan juga berpotensi ikut campurnya bangsa asing pada kepentingan nasional bangsa Indonesia. LATIH UJI KOMPETENSI 1. Tuliskan contoh konflik di Indonesia yang berkait dengan vested interest, yang terjadi antara tahun 1948-1965. Jelaskan! 2. Jelaskan perbedaan latar belakang terjadinya pemberontakan DI/ TII di Jawa Barat dengan DI/TII Aceh! 3. Jelaskan, mengapa sebagian pasukan KNIL tidak mau bergabung ke dalam APRIS sesuai dengan keputusan yang diambil dalam perundingan KMB! 4. Tuliskan pendapat kamu mengenai persamaan atau perbedaan antara latar belakang terjadinya aneka pemberontakan pada periode 1948-1965, dengan beberapa konflik pusat – daerah pada