ORGANISASI
BUDI UTOMO
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis
mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi
di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat
rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye tersebut
akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya
Dr. Sutomo.
Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia. Pada mulanya Budi Utomo
bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia
Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan
pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan
tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah
pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan
kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam
rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di Yogyakarta pada
tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri beberapa cabang yaitu
Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Batavia. Dalam
kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal berikut.
- Membatasi jangkauan geraknya
kepada penduduk Jawa dan Madura.
- Tidak melibatkan diri dalam
politik.
- Bidang kegiatan adalah bidang
pendidikan dan budaya.
- Menyusun pengurus besar organisasi
yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
- Merumuskan tujuan utama Budi Utomo
yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua
rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan
bupati memberi dampak positif dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari
Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk
segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi
pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo disahkan. Dalam
perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
1. Pihak
kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja,
tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran
sekolah saja.
2. Pihak
kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya
perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari
keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada
beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
- Budi Utomo cenderung memajukan
pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
- Lebih mementingkan pemerintah
kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
- Menonjolnya kaum priyayi yang
lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun
dalam bidang politik. Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
- Melancarkan isu pentingnya
pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
- Menyokong gagasan wajib militer
pribumi.
- Mengirimkan komite Indie Weerbaar
ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
- Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan
Rakyat).
- Membentuk Komite Nasional untuk
menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang
memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan
kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun
1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra).
Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
ORGANISASI
SAREKAT ISLAM
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang
yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota
Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang
diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang
lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena
itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada
tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI
seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam
berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi
berdirinya Sarekat Islam adalah:
- perlawanan terhadap para pedagang
perantara (penyalur) oleh orang Cina,
- isyarat pada umat Islam bahwa
telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
- membuat front melawan semua
penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
1. mengembangkan
jiwa berdagang,
2. memberi
bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
3. memajukan
pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
4. menentang
pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
5. tidak
bergerak dalam bidang politik, dan
6. menggalang
persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara
horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Antara tahun
1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia.
Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat
kabar yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan
dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum.
Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan
H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan
pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang
SI yang ada di daerah.
Ini suatu taktik pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah
persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara
H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang
memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam
kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai
rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi
lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI
Putih dan SI Merah.
- SI Putih, yang tetap berlandaskan
nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim,
dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
- SI Merah, yang berhaluan
sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di
Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti
nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh
Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan untuk mengganti Indische Bond yang
merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Hal ini disebabkan
adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi (diskriminasi) khususnya antara
keturunan Belanda totok dengan orang Belanda campuran (Indo). IP sebagai
organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera.
Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan
kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin
bertambah kuat.
Di samping itu juga disadari betapa pun baiknya usaha yang
dibangun oleh orang Indo, tidak akan mendapat tanggapan rakyat tanpa adanya
bantuan orang-orang bumi putera. Perlu diketahui bahwa E.F.E Douwes Dekker
dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu seorang Indo. Indische
Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terang-terangan
bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka.
Tujuan Indische Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua
indiers terhadap tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan
surat kabar ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk
membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. Tujuan dari partai
ini benar-benar revolusioner karena mau mendobrak kenyataan politik rasial yang
dilakukan pemerintah kolonial. Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913.
Saat itu pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya
Belanda dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan
diperingati juga oleh pemerintah Hindia Belanda.
Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu negara penjajah
melakukan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu bangsa yang
dia sebagai penjajahnya. Hal yang ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk
dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel
bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een Nederlander was’, Andaikan aku
seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap.
Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De
Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang
kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat
rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker turut mengkritik dalam
tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden:
Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat, Pahlawan kita: Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang menentang
pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap.
Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda.
Namun pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam perkembangannya, E.F.E Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Latin
Cindy Arviomitha
BalasHapus11 IPA 4
Haida komala putri 11 ipa4
BalasHapus